Jumat, 09 Maret 2012

REFLEKSI Dr. Dian Indihadi, M.Pd



(Dr. Dian Indihadi, M.Pd.  Dosen UPI Kampus Tasikmalaya)

Subhanallah dan Alhamdulillah- Aku Bangga Menjadi Guru- buah karya Titin Supriatin berhasil diterbitkan oleh Lentera Ilmu Cendikia tahun 2012.  Buah karya yang tidak main-main telah berhasil membawa pembaca bermain-main dengan beragam mainan dan permainan pendidikan.  Semua ragam mainan dan permainan pendidikan yang disampaikan dalam tulisan itu adalah hal-hal yang biasa kita temukan dalam keseharian, dipaparsajikan dengan tutur bahasa yang fulgar, jenaka dan kata-kata yang lateral, namun makna pesan pendidikan di dalamnya sangat luar biasa dan bersifat universal.

“Pokoknya seru banget!  Aku tidak peduli rasa penat letih setelah seharian direcoki murid-murid kecilku.  Aku tidak merasakan capenya digelayuti dua balitaku kanan kiri yang berebut duduk di pangkuan saat asik berkhayal di depan computer…  ada sebuah hal yang ingin kujadikan catatan penting bagi diriku sendiri, yaitu tentang pentingnya “waktu” dan “kreativitas” bagi seorang pendidik …” (Hal. 26)
Ternyata tidak main-main seorang sarjana pertanian yang berkiprah dalam dunia pendidikan.  Jika petani harus bergantung kepada “alam dan cuaca” tetapi seorang pendidik harus bergantung kepada “WAKTU DAN KREATIVITAS”

Dalam “DASTER” (Hal. 28-40), dibuktikan bahwa sejumlah fenomena yang menjadikan kita sebagai manusia lupa diri, nilai-nilai kemanusiaan dipermainkan, beragam permainan diperagakan dan akhir dari permainan itu melahirkan manusia baru.  Pendidikan dan peran ibu menjadi faktor penentu kelahiran manusia baru.
 
“BU TITIN, I LOVE YOU…!”  (Hal 84-89).  Saya menyetujui itu, bahkan tidak hanya 5 orang murid di jalanan.  Bahkan saya berpandangan “gaji” itu bagaikan “menstruasi” bagi setiap wanita.  Datang setiap bulan tapi tidak akan lebih dari 1 minggu. … Sungguh, ibu tak akan pernah menyesali keputusan ibu, untuk tetap memilih menjadi guru!...Hari kedelapan dan kesembilan, kami lebih sibuk lagi.  Lagi lagi aku mendapatkan kemudahan pada sesi ini.  Dosen yang “aneh/nyleneh”… Beliau tidak meminta kami membuat RPP… Hal baru yang sebenarnya sangat mendasar… tanpa harus bertele-tele (Hal.109)  Disadari ataupun tidak oleh para guru adalah profesi mulia yang tidak dapat dinilai dalam angka struk gaji, diukur dalam tulisan yang diadministrasikan atau di SK kan dalam pangkat maupun jabatan.

Guru adalah petani cinta, kasih sayang dalam tutur kata dan perbuatan.

Mang Daan, Belajar pada Irfan dan Selamat Jalan Pak Karta, bahkan cerita Pemulung dan Penjual sapu merupakan hipotesis bagi pendidikan karakter yang hari ini dijadikan isyu dalam RPP di sekolah.  Penulis berhasil menyajikan bukti nyata dalam tulisan tersebut.  Pasti keberhasilan mereka tersebut dari pendidikan yang tidak direpoti oleh silabus dan RPP yang ditulis tak pernah dibaca.  

Ya Rasulullah Aku Rindu Padamu,  Siapa Bilang Nggak Mungkin, Tuhan Aku MembutuhkanMU meskipun Mimpi itu Gratis.  Pasti itu, dengan tiga kata “Pasti Aku Bisa”  Kesadaran religu melebihi segalanya.  Virus Alamat Palsu bisa dikalahkan oleh Orang Tua Hebat.  Ya Bu titin lah yang berhasil bertani Cinta, Kasih sayang dalam tutur kata dan perbuatan. 

Sebuah kritik pedas perihal komersialisasi pendidikan melalui kinerja guru berhasil disampaikan.  Saat ini sosok Mang Daan sudah sangat jarang ditemukan yang ada hanya pada kenangan para guru dan sejarah waktu di masa lalu.
Tegar, Kita Adalah Sang Motivator, Aku Pasti Bisa kemudian Mimpi Itu Gratis merupakan realita hari ini yang ada dalam nafas dan denyut nadi para guru.  Bahkan “Punishment” dari guru kepada murid juga sering melampaui batas.  Ternyata Irfan- irfan yang lain masih banyak dijumpai di kelas.

Kondisi pendidikan hari ini digambarkan melalui Pak Karta yang seorang satpam penjaga gerbang sekolah, dipertegas oleh ibu kepala sekolah yang mengagntikan Pak Karta ketika beliau tidak bertugas di gerbang sekolah.  Padahal kondisi pendidikan yang sebenarnya seperti pengemis yang belajar berdoa dan do’a  penjual sapu pada anaknya.   “…Di sini Cuma numpang cari nafkah.  Ah, siapa bilang Gratis Neng? …Bapak ingin anak Bapak nggak Cuma pintar, tapi juga bisa ngaji.  Ibadahnya rajin, otaknya juga cerdas.  Biar kalau sudah dewasa nanti bisa jadi ustad.  Jadi orang yang berguna bagi masyarakatat.”  (Hal.58)

Akhirnya; “Saya ada di sini… Menjadi orang yang punya peran bagi masyarakat.  Maka tegakkan kepala dan banggalah denganprofesi anda.  Karena lewat tangan-tangan andalah dasar-dasar pendidikan manusia dibentuk dan dibina.  Tangan para guru sekolah Dasar!  (Hal 109).  Lanjutkan.  Perjuangan hari ini dengan menjadi guru.  Aku bangga!  

Hanya itu yang dapat saya sampaikan setelah diajak jalan-jalan menelusuri jalan panjang yang Bu Titin paparsajikan dalam buku itu.

      Don’t cry for tomorrow
     Give smile for yesterday
     Be the best one for life

Tanpa seijin penulis, saya mengutip ungkapan dalam buku itu Subhanallah dan Alhamdulillah untuk mengekspresikan perasaan setelah membaca buku itu.  Selain itu, saya menyatakan kecewa berat dan ketidak puasan yang “lebai” apabila bu Titin hanya menulis buku itu saja.  Sayang, pena emas bertinta ide, gagasan dan fenomena yang ada dalam schemata akan musnah dan sirna ditelan masa apabila bu Titin tidak merealisasikan ke dalam tulisan berikutnya.