(Dr. Dian
Indihadi, M.Pd. Dosen UPI Kampus
Tasikmalaya)
Subhanallah dan Alhamdulillah- Aku Bangga Menjadi Guru- buah karya Titin Supriatin berhasil diterbitkan
oleh Lentera Ilmu Cendikia tahun 2012. Buah karya yang tidak main-main telah berhasil
membawa pembaca bermain-main dengan beragam
mainan dan permainan pendidikan.
Semua ragam mainan dan permainan pendidikan yang disampaikan dalam tulisan itu adalah hal-hal yang biasa kita
temukan dalam keseharian, dipaparsajikan dengan tutur bahasa yang fulgar,
jenaka dan kata-kata yang lateral, namun makna pesan pendidikan di dalamnya
sangat luar biasa dan bersifat universal.
“Pokoknya seru banget! Aku tidak peduli rasa penat letih setelah
seharian direcoki murid-murid kecilku. Aku
tidak merasakan capenya digelayuti dua balitaku kanan kiri yang berebut duduk
di pangkuan saat asik berkhayal di depan computer… ada sebuah hal yang ingin kujadikan catatan
penting bagi diriku sendiri, yaitu tentang pentingnya “waktu” dan “kreativitas”
bagi seorang pendidik …” (Hal. 26)
Ternyata tidak main-main seorang sarjana pertanian yang berkiprah
dalam dunia pendidikan. Jika petani
harus bergantung kepada “alam dan cuaca” tetapi seorang pendidik harus
bergantung kepada “WAKTU DAN KREATIVITAS”
Dalam “DASTER” (Hal. 28-40),
dibuktikan bahwa sejumlah fenomena yang
menjadikan kita sebagai manusia lupa diri, nilai-nilai kemanusiaan
dipermainkan, beragam permainan diperagakan dan akhir dari permainan itu
melahirkan manusia baru. Pendidikan dan
peran ibu menjadi faktor penentu kelahiran manusia baru.
“BU TITIN, I LOVE YOU…!” (Hal 84-89).
Saya menyetujui itu, bahkan tidak hanya 5 orang murid di jalanan. Bahkan saya berpandangan “gaji” itu bagaikan “menstruasi” bagi setiap wanita. Datang setiap bulan tapi tidak akan lebih
dari 1 minggu. … Sungguh, ibu tak akan pernah menyesali keputusan ibu,
untuk tetap memilih menjadi guru!...Hari kedelapan dan kesembilan, kami lebih
sibuk lagi. Lagi lagi aku mendapatkan
kemudahan pada sesi ini. Dosen yang
“aneh/nyleneh”… Beliau tidak meminta kami membuat RPP… Hal baru yang sebenarnya
sangat mendasar… tanpa harus bertele-tele (Hal.109) Disadari
ataupun tidak oleh para guru adalah profesi mulia yang tidak dapat dinilai
dalam angka struk gaji, diukur dalam tulisan yang diadministrasikan atau di SK
kan dalam pangkat maupun jabatan.
Guru adalah petani cinta, kasih sayang dalam tutur kata dan
perbuatan.
Mang Daan, Belajar pada Irfan dan Selamat Jalan Pak Karta, bahkan
cerita Pemulung dan Penjual sapu merupakan hipotesis bagi pendidikan karakter
yang hari ini dijadikan isyu dalam RPP di sekolah. Penulis berhasil menyajikan bukti nyata dalam
tulisan tersebut. Pasti keberhasilan
mereka tersebut dari pendidikan yang tidak direpoti oleh silabus dan RPP yang
ditulis tak pernah dibaca.
Ya Rasulullah Aku Rindu Padamu,
Siapa Bilang Nggak Mungkin, Tuhan Aku MembutuhkanMU meskipun Mimpi itu
Gratis. Pasti itu, dengan tiga kata
“Pasti Aku Bisa” Kesadaran religu
melebihi segalanya. Virus Alamat Palsu
bisa dikalahkan oleh Orang Tua Hebat. Ya
Bu titin lah yang berhasil bertani Cinta, Kasih sayang dalam tutur kata dan
perbuatan.
Sebuah kritik pedas perihal komersialisasi pendidikan melalui
kinerja guru berhasil disampaikan. Saat ini sosok Mang Daan sudah sangat jarang
ditemukan yang ada hanya pada kenangan para guru dan sejarah waktu di masa
lalu.
Tegar, Kita Adalah Sang Motivator, Aku Pasti Bisa kemudian Mimpi Itu
Gratis merupakan realita hari ini yang ada dalam nafas dan denyut nadi para
guru. Bahkan
“Punishment” dari guru kepada murid juga sering melampaui batas. Ternyata Irfan- irfan yang lain masih banyak
dijumpai di kelas.
Kondisi pendidikan hari ini digambarkan melalui Pak Karta yang
seorang satpam penjaga gerbang sekolah, dipertegas oleh ibu kepala sekolah yang
mengagntikan Pak Karta ketika beliau tidak bertugas di gerbang sekolah. Padahal kondisi pendidikan yang sebenarnya
seperti pengemis yang belajar berdoa dan do’a
penjual sapu pada anaknya. “…Di sini Cuma numpang cari nafkah.
Ah, siapa bilang Gratis Neng? …Bapak ingin anak Bapak nggak Cuma pintar,
tapi juga bisa ngaji. Ibadahnya rajin,
otaknya juga cerdas. Biar kalau sudah
dewasa nanti bisa jadi ustad. Jadi orang
yang berguna bagi masyarakatat.”
(Hal.58)
Akhirnya; “Saya ada di sini… Menjadi
orang yang punya peran bagi masyarakat.
Maka tegakkan kepala dan banggalah denganprofesi anda. Karena lewat tangan-tangan andalah
dasar-dasar pendidikan manusia dibentuk dan dibina. Tangan para guru sekolah Dasar! (Hal 109).
Lanjutkan. Perjuangan hari ini dengan menjadi guru. Aku bangga!
Hanya itu yang dapat saya sampaikan
setelah diajak jalan-jalan menelusuri jalan panjang yang Bu Titin paparsajikan
dalam buku itu.
Don’t cry for tomorrow
Give smile for yesterday
Be the best one for life
Tanpa seijin penulis, saya mengutip ungkapan dalam buku itu
Subhanallah dan Alhamdulillah untuk mengekspresikan perasaan setelah membaca
buku itu. Selain itu, saya menyatakan kecewa berat dan ketidak
puasan yang “lebai” apabila bu Titin hanya menulis buku itu saja. Sayang, pena emas bertinta ide, gagasan dan
fenomena yang ada dalam schemata akan musnah dan sirna ditelan masa apabila bu
Titin tidak merealisasikan ke dalam tulisan berikutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar