(Kenangan sosok di masa Kanakku)
Seorang teman di jejaring social facebook tak sengaja telah
menginspirasiku untuk menuliskan tentang sosok sederhana yang ingin kutuliskan
di sini. Tokoh yang satu ini tak
seterkenal menteri pendidikan , tak sehebat Pak B.J Habiebie, tak setampan Dude
Herlino atau segagah Dede Yusuf. Bahkan
sebaliknya, sosok ini teramat sangat sederhana di mataku, juga di mata
orang-orang kebanyakan desaku pada waktu itu.
Penampilannya biasa-biasa saja.
Bahkan boleh dibilang kumuh dan kusut.
Seragam kesehariannya adalah sebagai berikut : Kemeja lusuh, kadang ada
tambalan di beberapa tempat. Beralas
kaki sandal butut, terkadang malah sepatu yang ujungnya sudah sedikit
menganga. Mengepit tas kulit imitasi
tanpa tali penggantung yang juga sama bututnya.
Tas kulit itu berisi perkakas pekerjaannya sehari-hari, yaitu kertas
gambar, pensil (yang sering diselipkannya di sela-sela kuping saat bekerja),
benang jahit atau senar, jarum besar dan lem sepatu. Pekerjaan beliau memang multi talenta, kadang
menjahit dan mengesol sepatu, kadang membuatkan gambar untuk anak-anak bahkan
kadang pekerjaan makelar pun dilakoninya.
Namun di kalangan kami, para anak-anak dan remaja, beliau lebih dikenal
sebagai tukang gambar dan sol sepatu. Kalau
kami ada PR menggambar, pasti yang kami tunggu di depan rumah adalah
beliau.
Mang (om, paman, red) Daan, begitu kami memanggil beliau. Kami selalu merindukan kehadirannya. Kalau kami tak punya PR menggambar, Mang Daan
kami minta untuk bercerita tentang apa saja.
Mang Daan akan dengan senang hati menceritakan pengalamannya bertemu
dengan orang-orang. Mang Daan juga akan
menceritakan bahwa si Anu minta digambarkan ini, si Anu pesan gambar itu. Atau Beliau akan bercerita tentang hal-hal
yang ditemuinya dijalan. Ada cerita horror,
cerita sedih, atau cerita lucu. Kami
akan selalu senang mendengarnya. Apalagi
cerita-cerita lucunya. Karena Mang Daan
akan mengakhiri ceritanya dengan tawa khas beliau dan kata : KAGUGU nya...(lucu ya,
red).
Mang Daan mirip sebuah tokoh legendaris bagi masyarakat di
kampungku. Dari jaman ayah-ibuku,
kakakku hingga jamanku, Mang Daan selalu setia pada pekerjaannya. Mengesol sepatu dan menjadi tukang gambar
untuk anak-anak. Menggambar kuda,
kambing, bebek atau apa saja yang diminta anak-anak. Tak ada yang berubah dari penampilannya. Terakhir, saat aku duduk di bangku SMA, hanya
sebuah kacamata bekas, yang kadang copot sebelah lensanya, menambah asesoris penampilannya. Maklumlah, usia tak bisa dibohongi dan tak
bisa menghalangi semakin melemahnya fungsi anggota tubuh. Langkah kaki Mang Daan pun tidak segagah dulu
lagi. Mang Daan terkadang kulihat
mengayuh PIT (sepeda, red) ontelnya dengan kayuhan yang lemah.
Ada sebuah kebiasaan Mang Daan yang sungguh membuatku terkesan dan
tertegun haru. Mang Daan bukanlah orang
yang pintar dan ahli. Beliau hanyalah
sosok yang teramat sederhana, bahkan mungkin menduduki kasta rendah di
masyarakatku. Namun Beliau mempunyai
kepedulian yang besar terhadap orang-orang di sekitarnya. Terutama anak-anak usia sekolah. Jika ada yang meminta jasanya untuk
menggambar atau mengesol sepatu, Mang Daan tidak pernah memasang tarip berapa
rupiah jasanya harus dibayar. Bahkan sering
beliau memberikan jasa sol sepatu dan gambar gratis pada anak-anak yang tidak
punya uang untuk membayarnya. Beliau
selalu tersenyum dan tertawa menerima apa pun yang kami berikan. Beliau pasti akan bertanya, “Boga duit deh?” (punya uang tah? Red) Kalau ada yang menggelengkan kepala tanda tak
punya uang, beliau berkata, “Geus teu naon-naon… nu penting maneh bisa sakola,
teu dicarekan ku guru…” (Sudah, tidak apa-apa.
Yang penting kamu bisa bersekolah dan tidak dimarahi guru, Red). Subhanallah….
Kini, sosok sederhana itu telah pergi menghadap Sang Khalik. Namun namanya masih kami kenang dengan lekat
di memori kehidupan kami. Mungkin ada di
antara kami yang pernah beliau tolong telah menjadi orang besar dan
sukses. Sangat mungkin… Aku hanya bisa
berharap, ketulusan dan kepedulian Mang Daan bisa dijadikan sebuah contoh
tauladan yang mulia bagi kita semua.
Walau hanya sekedar menjahitkan sepatu yang rusak atau menggambarkan
binatang, namun jika dilakukan dengan hati yang tulus dan gembira, tetap itu
adalah dulang sumber pahala yang besar dan membuahkan syurga bagi sang
pelakunya.
Mang Daan adalah salah satu tokoh pahlawan pendidikan bagiku. Kepeduliannya yang besar pada anak-anak, menurutku
patut memdapatkan dua acungan jempol.
Dari seorang Mang Daan lah anak-anak pada jamanku secara tidak langsung
telah belajar menggambar dengan sederhana, dari seorang Mang Daan lah anak-anak
bisa belajar ketulusan dalam memberi.
Dari seorang Mang Daan lah anak-anak bisa pandai bercerita dan tertawa
lepas. Dari seorang Mang Daan lah
anak-anak bercermin bagaimana menjalani pahit getirnya hidup . Aku yakin, sedikit
banyaknya Mang Daan telah memberikan inspirasi hidup buat kami. Pelajaran tentang nilai-nilai kehidupan yang akan kami bawa sampai nanti.
Ada sebuah catatan penting yang ingin aku garis bawahi bahwa ternyata ketika
kita ingin memberi, jangan menunggu kita kaya terlebih dahulu. Karena memberi tidaklah identik dengan
memberi dalam bentuk materi. Banyak hal
yang bisa kita bagikan untuk orang lain.
Keramahan kita, kepedulian kita, senyum, sapa, kasih sayang, adalah
kekayaan moral yang bisa dibagi tanpa harus menunggu waktu dan kesempatan. Wallahu ‘alam bissawab.
(Bekasi, 2
November 2011. Untuk mereka yang pernah
ada dalam kehidupan masa kanakku… terimakasih karena telah berbagi… )
aku hanya bisa komen KAGUGU sekali lagi KAGUGU...untuk Mang Daan, kamu dan juga diriku. Semoga Mang Daan diberikan sepatu dan lukisan yang paling indah dari yang terindah oleh Sang Khaliq. Amin YRA
BalasHapushatur nuhun A... Amien ya Rabb! Mang Daan akan tersenyum melihat anak-anak yang dulu pernah ditolongnya kini menjadi orang-orang yang hebat!
BalasHapusaku dengar kabar dari sana tentang Mang Daan, meski sudah berbeda alam tapi tetap saja kalimat KAGUGUnya keluar...sampai ada satu malaikat ngikuti Mang Daan, katanya KAGUGU DAAN.Dan akhirnya semua malaikat berjamaah mengucapkan KAGUGU DAAN !!!
BalasHapusaku dengar kabar dari sana tentang Mang Daan,dia
memakai sepatu yang sangat indah dari yang terindah. Tasnya juga luar biasa bagus, tidak seperti tas belel bin butut yang dia kempit diketiaknya waktu di dunia.
jika dulu dia suka sekali mengumpulkan puntung rokok dilinting dengan kertas pahpir, sekarang sudah tidak lagi dilakukan, yang melinting rokoknya adalah malaikat malaikat...
subhannallah...malaikat-malaikat itu berjamaah mengucap KAGUGU DAAN !!!!
Next....